
*)ini adalah sekedar sharing cerita tentang Radiohead yang saya tulis sekitar tahun 2015, saat saya belum lagi punya blog pribadi.
OK Computer layaknya oase dipadang gurun, gairah mendengarkan musik yang sempat menurun di tahun 90-an bangkit kembali. Semua lagu di album tersebut brilliant buat saya, seolah merasakan atmosfir rock yang baru, ditambah lagi dengan tema lagu-lagunya - terumata ‘Fitter Happier’ -yang memang sangat mengena dihati, dan itu semua membuat saya jatuh cinta dengan Radiohead. Dari OK Computer, mendadak saya jadi menyukai semua lagu-lagu Radiohead dari album-album sebelumnya, mulai dari Pablo Honey (1993), The Bends (1995) dan My Iron Lung (1994). Bukan saja musiknya yang saya dengarkan, lirik-lirik lagunya-pun rajin saya baca, saya coba interpretasikan sendiri sesuai dengan cara pandang saya, malah jadi inspirasi untuk menciptakan puisi atau corat-coret lukisan gambar. Hingga periode kemunculan tiga abum berikutnya Kid A (2000), Amnesiac (2001) dan Hail to the Thief (2003), Radiohead tetap memukau. Lagu-lagu sepeti Pyramid song, Everything in Its Right Place, Kid A, Pulk/Pull Revolving Doors, A Punchup at a Wedding, I Might Be Wrong, Knives Out, Like Spinning Plates, Hunting Bears, Go to Sleep, 2 + 2 = 5, Scatterbrain sebuah suguhan representative dari banyak warna buat saya : fusion, rock-alternative, electronica, ‘space’, sebagimana para media me-marking mereka kedalam wilayah experimental rock.
Dari Hail to the Thief (2003) hingga munculnya In Rainbows (2007) adalah masa masa penantian yang panjang, masa-masa ‘Radiohead’ nyaris menghipnotis saya, seolah tidak ada lagi musik diluar sana yang perlu didengar. dan saya rajin ke warnet cuma sekedar mengecek apakah memang Radiohead sudah mengeluarkan album baru atau seputar berita update tentang mereka.
Apa yang ditunggu-tunggu ternyata yang muncul adalah solonya Thom Yorke -The Eraser - (2006). Bak durian bangkok yang jatuh ketanah, tak sabar tuk dilahap, penasaran banget ingin tahu seperti apa solo Thom Yorke tersebut, kasetnya langsung saya beli, covernya sangat artitstik sekali, grafis hitam putih dengan terutama gambar kepala botak mata bulat hitam imut didalamnya. Di saat pertama menyimak semua lagu-lagunya pikiran saya spontan meloncat ke era synthpop 80an yang penuh dengan istilh remix, DJ, looping dan semacamnya. . . rasa penasaran berubah menjadi tanda tanya? dan entah bagaimana mulanya, lama kelamaan muncul perasaan yang kurang sreg? Lagu seperti The Clock atau Black Swan misalnya, yang di awal-awal mendengarkan sangat memukau dan mengasyikkan buat saya, tiba-tiba kemudian menjadi lagu yang cuma sekali saja terasa enak didengarkan. Bukan-lah anti dengan electronic-music bukan pula soal liriknya, dan bukan juga soal style ‘gloom’-nya, tapi musiknya terasa seperti berputar-putar dengan irama atau nada yang penuh pengulangan, dan saya rasakan hampir disemua lagu. Saya sedikit kecewa, walaupun ‘Eraser’ bukan Radiohead tapi seperti punya bayangan bahwa Radiohead nantinya, bakalan tidak jauh dari pola permainan The Eraser. Mulai dari situ tanpa saya sadari ‘rasa the eraser’ menjalar ke lagu-lagu Radiohead yang lain, terutama adalah Idioteque, menjadi lagu radiohead pertama yang mulai saya hindari tuk didengar, sebab memang makin lama makin terasa nadanya mengulang-ulang saja. Di tahun berikutnya In Rainbows datang, itu sekitar tahun 2007-an. tapi saya seperti terlanjur skeptis. Meskipun Bodysnatcher terasa ngerock, tapi cuma sampai disitu saja, album ini cepat membosankan, entah kenapa saya merasakan kembali sesuatu yang monoton dihampir semua lagu-lagunya. Pada Weird Fishes umpamanya, yang riff gitarnya sangat memikat, mulai dari awal sampai akhir musiknya begitu-begitu aja, statis seperti tidak bergerak kemana-mana? keadaan serupa dengan yang saya rasakan terhadap Bloom, Morning Mr Magpie, Feral, Lotus Flower di album The King of Limbs (2011).
Ditahun 2010-an saya lebih banyak mendengarkan lagu lagu Radiohead yang kebanyakan dari periode ‘Hail to the Thief’ kebawah. terasa sekali semangat saya mendengarkan lagu-lagu mereka mengalami penururunan. hingga sekitar tahun sekarang (2015), saya sering bluksukan di youtube mencari lagu-lagu Radiohead ‘yang lain’ yang mungkin dulu ada yang terlewatkan oleh saya. Satu yang cukup surprise buat saya, saat menemukan mereka membawakan 'The Headmaster Ritual'. Luar biasa surprise!, sebab memang lagu milik The Smiths tersebut adalah lagu favorite saya. Meskipun itu cuma sebuah cover namun spontan seperti membangkitkan semangat... dan itu membuat saya selalu bertanya didalam hati, apakah para penikmat Radiohead pernah mengalami hal yang sama sepeti yang saya rasakan? atau memang pada dasarnya saya bukanlah penggemar Radiohead sejati?... salam musik !
©oleh bona/selagalas-mataram-2015/image-artikel & image sampul-kaset : bona